Kamis, 19 Mei 2016

Device I/O

Pengertian


              I/O adalah Suatu perangkat yg berhubungan dengan sistem komputer dengan cara mengirim sinyal melalui suatu kabel atau bahkan melalui udara.
I/O  merupakan salah satu komponen computer yang penting, I/O devices menjadikan komputer berguna bagi manusia, Sebuah sistem kontrol I/O bertujuan untuk memberikan bantuan kepada user untuk memungkinkan mereka mengakses berkas, tanpa memperhatikan detail dari karakteristik dan waktu penyimpanan. Kontrol I/O menyangkut manajemen berkas dan peralatan manajemen yang merupakan bagian dari sistem operasi.

Tugas dari Sistem Kontrol I/O
1.      Memelihara directori dari berkas dan lokasi informasi
2.      Menentukan jalan bagi aliran data antara main memory dan alat penyimpanan sekunder
3.      Mengkoordinasi komunimasi antara CPU dan alat penyimpanan sekunder
4.      Menyiapkan berkas penggunaan input atau output telah selesai
Konsep Perangkat Keras I/O

       Dalam perangkat keras komputer terdapat 3 buah konsep perangkat keras , yaitu :
·    Perangkat Input
·    Perangkat Proses
·    Perangkat Output
1.      Perangkat Input
Perangkat input adalah perangkat yang digunakan untuk memasukkan data atau
perintah ke dalam komputer. Peralatan yang hanya berfungsi sebagai alat input dapat
digolongkan menjadi :

·           Alat input langsung
·          Alat input tidak langsung
Ø  Alat Input langsung
Yaitu alat input yang dimasukan dan langsung diproses oleh alat pemroses, contohnya yaitu:
·         Keyboard 


merupakan peranti masukan yang terdiri dari kumpulan huruf, angka dan karakter khusus. Keyboard juga memberikan kemudahan bagi user untuk memberikan perintah yang diperlukan apabila menekan kombinasi antara karakter yang ada pada keyboard dengan tombol-tombol tertentu. 
·         Mouse



Peranti masukan dengan bentuk seperti tikus ini berfungsi untuk memindahkan pointer atau kursor secara cepat
·           Scanner
berfungsi untuk menyalin (copy) file atau dokumen baik berupa teks atau gambar menjadi teks atau gambar digital.
·         Barcode
berfungsi untuk membaca suatu kode yang berbentuk kotak atau garis-garis vertikal tipis dan tebal yang selanjutnya diterjemahkan dalam bentuk angka-angka. Biasanya kode barcode ini ditemukan pada kemasan makanan, minuman, buku, alat elektronik serta produk-produk. Biasanya barcode ini memudahkan kasir yang ada di toko swalayan atau departemen store untuk mengidentifikasi suatu barang yang dibeli.

Ø  Alat Input tidak langsung
            Yaitu alat input yang dimasukan melalui media tertentu sebelum suatu input diproses oleh alat  pemroses. Contohnya yaitu

a.      Key To Card
Key to card atau keypunch adalah salah satu alat masuka paling tua, alat ini memungkinkan operator memasukan data yang akan dipindah terlebih dahulu ke dalam bentuk media punched card. Bila digunakan beberapa unit alat keypunch,maka dapat dilakukan pembagian tugas merubah data dari sumber data ke dalam bentuk kartu plong.kumpulan kartu plong selanjutnya dapat dibacakan ke komputer untuk diproses melalui card reader

b.      Key To Tape
Alat ini memungkinkan operator untuk merekamkan data ke media penyimpanan luar pita magnetic sebelum diproses ke CPU. Data yang tersimpan di pita magnetic diproses ke CPU dapat dibacakan ke computer lewat alat pembaca pita magnetic

c.       Key To Disk
Seperti key to card, maka key to disk memungkinkan operator untuk merekam data lebih dulu ke media simpanan luar, misalnya disket. Data yang disimpan dalam disket dibaca di CPU lewat Flopy Disk Drive.

      2.  Perangkat Proses

“Perangkat proses yaitu perangkat komputer yang berfungsi untuk memproses atau mengelola data yang masuk sehingga menjadi suatu informasi yang diinginkan”.

a. Cpu (Central Procesing Unit)
       merupakan tempat pemrosesan instruksi – instruksi program biasa disebut microprocessor terdiri dari :
Ø  Unit kendali (control unit)
Ø  Unit aritmatika dan logika (aritmetic and logic unit) alu
Ø  Simpanan (register)

b. Main Memory
·         Register
·         Main memory
a.       Ram (random access memory) adalah memory yang dapat diakses  dan bersifat volatile
b.      Rom ( read only memory)  adalah memory yang hanya dapat dibaca dan bersifat non volatile
·         Simpanan luar (external memory)

      3. Perangkat Output
Output Device yaitu perangkat keras yang berfungsi untuk mengeluarkan data yang telah diproses sehingga menjadi suatu informasi”.
Yang termasuk perangkat output diantaranya :
Alat keluaran juga dapat berbentuk :      
1.      Hard copy device
2.      Soft copy device

a.      Hard Copy Device
Merupakan alat keluaran yang digunakan untuk mencetak tulisan, grafik, atau gambar pada media pencetak. Alat hard copy device yang umum diperguanakan adalah printer. Selain itu juga dikenal plotter, yaitu alat cetak yang mempunyai kemampuan mencetak grafik atau gambar dengan baik, biasanya menggunakan pen plotter.

·         Printerperalatan dari komputer yang dapat mencetak teks atau gambar ke media kertas atau media lainnya seperti kertas transparansi

·         Plotteradalah alat yang digunakan untuk mencetak gambar dengan ukauran besar

a.      Soft Copy Device
Merupakan alat yang digunakan untuk menampilkan tulisan, image, dan suara pada media soft (lunak) yang berupa sinyal elektronik. Contoh soft copy device adalah video display (monitor), flat panel display (Liquid Crystal Display), dan speaker.

·         Monitor,  merupakan unit keluaran yang memberikan informasi kepada pengguna computer dari hasil peoses dan masih dalam bentuk softcopy

·         Speakermerupakan peralatan yang memberkan keluaran dalam bentuk suara



 Prinsip Perangkat Keras I/O
Batasan : bagaimana hardware tersebut di program

Manajemen perangkat I/O mempunyai beragam fungsi, diantaranya :
-        mengirimkan perintah ke perangkat I/O agar menyediakan layanan
-        menangani interupsi perangkat I/O
-        menangani kesalahan pada perangkat I/O
-        menyediakan interface ke pemakai


      Jenis-jenis Perangkat I/O
Secara umum, terdapat beberapa jenis perangkat I/O, seperti :
·         perangkat penyimpanan (disk, tape)
·         perangkat transmisi (network card, modem) dan
·         perangkat antarmuka dengan pengguna (screen, keyboard, mouse).

 Perangkat tersebut dikendalikan oleh instruksi I/O. Alamat-alamat yang dimiliki oleh perangkat akan digunakan oleh direct I/O instruction dan memory-mapped I/O. Beberapa konsep yang umum digunakan ialah port, bus (daisy chain/shared direct access), dan pengendali (host adapter). Port ialah koneksi yang digunakan oleh perangkat untuk berkomunikasi dengan mesin. Bus ialah koneksi yang menghubungkan beberapa perangkat menggunakan kabel-kabel. Pengendali ialah alat-alat elektronik yang berfungsi untuk mengoperasikan port, bus, dan perangkat. Langkah yang ditentukan untuk perangkat ialah command-ready, busy, dan error. Host mengeset command-ready ketika perintah telah siap untuk dieksekusi oleh pengendali. Pengendali mengeset busy ketika sedang mengerjakan sesuatu, dan men-clear busy ketika telah siap untuk menerima perintah selanjutnya. Error diset ketika terjadi kesalahan.

Rabu, 18 Mei 2016

InterFace I/O

Sistem Interface Input/Output
Sistem Interface Input/Output antara
Sistem Digital dan Sistem Analog
Penggunaan komputer saat ini tidak lagi terbatas pada pengolahan dan manipulasi data saja tetapi sudah digunakan untuk mengkontrol berbagai peralatan seperti penghitung pulsa telepon, menyalakan/mematikan lampu secara otomatis, dan lain sebagainya. Dengan penggunaan komputer seperti yang telah disebutkan di atas maka seolah-olah komputer berperan sebagai manusia yang dapat diprogram untuk menjalankan apa yang dikehendaki oleh programmernya.
Antara sistem digital (sebagai pengontrol) dan sistem analog (sebagaiperalatan yang dikontrol) harus terdapat suatu jembatan yang menghubungkan kedua sistem tersebut. Jembatan ini selanjutnya disebut sistem interface IO.
Jadi untuk sistem kontrol secara digital ini selalu terdiri dari 3 bagian yaitu : sistem digital, sistem interface IO dan sistem analog. Sistem digital merupakan sistem yang menjadi otak dari sistem secara keseluruhan. Sistem digital ini membaca kondisi dari sistem analog melalui sistem interface IO dan mengkontrol sistem analog melalui sistem interface IO.
Sistem kontrol secara digital ini menggantikan sistem kontrol manual yang menggunakan switch mekanik dan diatur secara manual pula. Selain itu dengan sistem kontrol secara digital ini, kondisi sistem analaog yang dikontrol dapat pula dimonitor keadaannya. Sistem analog merupakan bagian dari peralatan analog yang aktivitasnya dikontrol oleh sistem digitalnya melalui sistem interface IO. Sistem analog dapat berupa lampu bolam 220 volt, motor AC, bahkan sampai ke peralatan industri yang menggunakan arus besar.
Disini terlihat bahwa sistem interface IO sangat penting peranannya yaitu untuk menginterfacekan sistem digital yang hanya mengenal kondisi ‘H’, yang ekuivalen dengan tegangan 4.5 volt sampai 5 volt dan kondisi ‘L’ yang setara dengan tegangan dibawah 1.2 volt dengan sistem analog dengan tegangan 220 VAC dengan konsumsi arus yang paling tidak 1A ke atas.
Dari kondisi seperti di atas maka perlulah bagian digital dan bagian analog ini dilewatkan sistem interface yang secara elektronik terisolasi antar bagiannya. Teknik interface IO disini ada beberapa teknik dan tiap teknik tersebut mempunyai keistimewaan pada aplikasi tertentu.
Contoh Aplikasi
Dengan menggunakan sebuah PC diharapkan dapat mengkontrol 10 buah titik lampu yang menyala/mati pada jam-jam tertentu. Melalui sebuah PPI card (dengan menggunakan chip PPI 8255) dapat dikontrol 24 buah beban.Output PPI adalah TTL level sedangkan untuk lampu yang digunakan adalah lampu TL biasa. Untuk menginterfacekan antara PPI (sistem digital) dengan lampu (sistem analog) digunakan relay 5volt.
Contoh aplikasi ini adalah salah satu contoh penggunaan relay sebagai interafce antara sistem digital dan sistem analog.
Sistem Interface I/O
Sistem interface I/O yang paling baik adalah sistem interface dimana sistem digital dan sistem analognya terisolasi, terpisah. Biasanya digunakan relay atau optocoupler. Penggunaan relay lebih mudah namun lebih sering menimbulkan masalah karena relay dapat menghasilkan noise pada sistem digital pada saat relay berubahan keadaan. Selain itu penggunaan relay membutuhkan daya yang lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan optoisolator.
Sistem interface yang baik pada umumnya menggunakan optoisolator atau yang lebih dikenal dengan optocoupler sepert 4N31 atau 4N35. Dengan menggunakan optocoupler arus yang digunakan lebih sedikit paling tidak 10 mA -15 mA
Gambar 1
Blok Diagram
Penggunaan optocoupler seperti 4N35 lebih disukai daripada penggunaan relay secara langsung.
Optoisolator
Optoisolator merupakan komponen yang digunakan sebagai komponen kontrol I/O untuk peralatan yang beroperasi dengan tegangan DC atau AC. Sebuah optocoupler terdiri dari GaAs LED dan phottransistor NPN yang terbuat dari silicon. Untuk rangkaian penggunaan optoisolator dapat dilihat pada gambar 3a dan 3b.
Pada gambar 3a. optoisolator mendapat input TTL berbentuk sinyal kotak sehingga outputnya juga berupa sinyal kotak namun level tegangan berubah menjadi 0-+24 volt.

Gambar 2
Optoisolator
Gambar 3
Penggunaan Optoisolator
Pada gambar 3b optoisolator digunakan pada input yang termodulasi dengan tegangan Vin terisolasi dengan Vout modulasi yang tegangan puncaknya +12V.
Faktor yang paling penting pada interface I/O terutama untuk beban yang menggunakan tegangan AC maka isolasi merupakan hal yang paing penting dan harus diperhatikan dalam disain. Sistem digital menggunakan level tegangan +5volt sedangkan beban menggunakan tegangan 220VAC.Perbedaan tegangan ini sudah cukup untuk menyebabkan sistem kontrol digital, PC misalnya, untuk rusak jika port pada komputer ini menerima tegangan imbas dari beban 220VAC.
Gambar 4
Aplikasi Optoisolator
Dengan skematik pada gambar 4, optoisolator mendapatkan tegangan 115VAC namun arusnya dilewat hanya 8mA dan arus sebesar ini sudah cukup untuk membuat phototransistor aktif dan logika yang diterima inverter menjadi ‘low’. Dengan rangkaian ini kita mendapatkan pulsa periodik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi tegangan PLN 50/60Hz tetapi berbentuk pulsa kotak. Dengan adanya pulsa pada Pulse Out maka dapat dipastikan bahwa masih ada tegangan pada jaringan PLN sedangkan jika sudah tidak terdapat pulsa lagi maka dapat dipastikan tegangan jaringan PLN adalah 0 VAC.
Kerugian atau keburukan dari optocoupler adalah pada kecepatan switchingnya. Hal ini disebabkan karena efek dari area yang sensistif terhadap cahaya dan timbulnya efek kapasitansi pada ‘junction’-nya. Jika diperlukan kecepatan switching yang cukup tinggi maka optoisolator harus dikonfigurasikan sehingga yang digunakan adalah sebagai photodiode-nya seperti tampak pada gambar 5.
Gambar 5
Diode-Diode Optocoupler
Cara lain untuk melakukan isolasi antara rangkaian tegangan tinggi dengan rangkaian tegangan rendah adalah menggunakan relay. Kelemahan dari relay adalah harga sebuah relay dengan kapasitas arus yang besar cukup mahal, ukuran dimensi relay besar sehingga PCB yang digunakan semakin besar pula, menimbulkan sinyal noise, dan responnya lambat. Sedangkan dengan menggunakan optocoupler, ukurannya kecil sehingga ukuran PCBnya menjadi lebih kecil dan pada akhirnya perlatan tersebut menjadi kecil pula, kecepatan responnya lebih cepat.
Penggunaan Solid State Relay (SSR)
Pada pembahasan di atas, relay tetap dapat digunakan namun untuk saat ini lebih disukai penggunaan solid state relay karena ada dua pertimbangan yaitu efek noise yang ditimbulkan tidak terlalu besar dan harga solid state relay relatif lebih murah dari pada sebuah relay dengan kualitas yang sama.
Gambar 6
Rangkaian Ekuivalen Solid State Relay
Ada satu faktor lagi yang perlu diperhatikan untuk mengendalikan beban yang menggunakan tegangan AC. Yaitu pada masalah waktu aktivasinya.Karena tegangan untuk AC selalu berubah-ubah maka aktivasi pada solid state relay harus dilakukan pada saat tegangan AC pada saat mendekati nol volt. Tujuannya adalah untuk memperpanjang umur solid state itu sendiri karena jika aktivasi SSR ini pada saat tegangan AC nya berada pada tegangan 220VAC misalnya, maka akan timbul ‘surge current’ yang dapat menimbulkan arus yang sangat besar dan pada akhirnya menyebabkan solid state relay tersebut rusak.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka untuk penggunaaan solid state relay harus pula diserta dengan rangkaian zero crossing detector. Rangkaian zero crossing detector ini akan mendeteksi kapan tegangan VAC ini pada nilai nol volt. Dengan adanya pemberitahuan keadaan ini maka kapan aktivasi solid state relay dapat ditentukan dan solid state relay dapat bekerja dengan baik.
Gambar 7
Rangkaian Zero Crossing (Isolated)

Pada gambar 7 merupakan rangkaian zero crossing detector yang menggunakan sistem yang terisolasi dengan menggunakan transformer step down. Teknik ini paling aman digunakan namun biaya pembuatannya relatif lebih mahal karena masih menggunakan transformer.

Dengan adanya rangkaian sistem interface antara tegangan tinggi dan tegangan rendah maka diharapkan tidak terjadi rusaknya port mikrokontroller atau PC karena mendapat imbas tegangan tinggi dari aplikasi seperti motor AC.

Pipeline

Pipeline

Suatu cara yang digunakan untuk melakukan sejumlah kerja secara bersamaan tapi dalam tahap yang  berbeda yang dialirkan secara continue / berkelanjutan pada unit pemrosesan.pipeline sebagai serangkaian pipa yang harus dilewati oleh instruksi program. Setiap instruksi harus masuk  di Prefetch/Fetch dan keluar di Write-back.

     Peranan Memori Cache:
   
            Tiap stage dalam pipeline diharapkan menyelesaikan operasinya dalam satu clock cycle. Karenanya, periode clock harus cukup lama untuk menyelesaikan tugas yang sedang dilakukan pada tiap stage. Jika unit yang berbeda memerlukan jumlah waktu yang berbeda, maka periode clock harus memungkinkan tugas terlama dapat diselesaikan.

            Suatu unit yang menyelesaikan tugasnya lebih awal akan idle selama sisa periode clock. Karenanya, pipelining paling efektif dalam meningkatkan performa jika tugas yang sedang dilakukan dalam stage yang berbeda memerlukan jumlah waktu yang sama.

Ò  Penggunaan memori cache menyelesaikan persoalan akses memori. maka waktu akses ke cache biasnya sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan operasi dasar lain di dalam processor. 

Pipelining
adalah suatu teknik implementasi dengan mana berbagai instruksi dapat dilaksanakan secara tumpang tindih (overlapped; hal ini mengambil keuntungan paralelisme yang ada di antara tindakan yang diperlukan untuk mengeksekusi suatu instruksi.
Teknik pipeline ini dapat diterapkan pada berbagai tingkatan dalam sistem komputer. Bisa pada level yang tinggi, misalnya program aplikasi, sampai pada tingkat yang rendah, seperti pada instruksi yang dijalankan oleh microprocessor. 

Definisi pemrosesan Pipelining:

Pada umumnya efisiensi sebuah komputer dinilai berdasarkan kecepatan  perangkat keras dan fasilitas-fasilitas  perangkat lunak. Penilaian ini disebut THROUGHPUT, didefinisikan sebagai jumlah pemrosesan yang dapat dikerjakan dalam suatu interval waktu tertentu. Salah  satu teknik yang mendorong peningkatan suatu sistem throughput yang cukup hebat disebut sebagai pemrosesan pipeline.

Kategori Pipeline:
1.Pipeline Unit Arithmetic : berguna untuk operasi vector
2.Pipeline Unit Instruction : berguna untuk komputer yang mempunyai set instruksi yang sederhana 

Proses Pipeline:

Ò  Instruksi-instruksi dari program yang sudah berurutan kemudian satu-persatu memasuki pipeline prosesor untuk diproses. Setiap tingkat pipeline memerlukan satu clock cycle untuk menyelesaikan satu instruksi dan meneruskan hasilnya ke pipeline berikutnya.

3 kesulitan pada metode Pipeline

Ò  Karena beberapa instruksi diproses secara bersamaan ada kemungkinan instruksi tersebut sama-sama memerlukan resource yang sama, sehingga diperlukan adanya pengaturan yang tepat agar proses tetap berjalan dengan benar.
Ò  Ketergantungan terhadap data, bisa muncul, misalnya instruksi yang berurutan memerlukan data dari instruksi yang sebelumnya.
Ò  Kasus Jump, juga perlu perhatian, karena ketika sebuah instruksi meminta untuk melompat ke suatu lokasi memori tertentu, akan terjadi perubahan program counter, sedangkan instruksi yang sedang berada dalam salah satu tahap proses yang berikutnya mungkin tidak mengharapkan terjadinya perubahan program counter.

Generic Pipeline
ada 4 tahapan dalam generic pipeline :
1. Fetch           :
 Ambil instruksi dari memori
2. Decode       : 
Terjemahkan arti dari instruksi
3. Execute       : 
Eksekusi instruksi yang telah di-decode
4. Write-back  : 
Simpan hasil eksekusi ke memori

Dekomposisi Pengolahan Instruksi


Ó Fetch
Adalah pengambilan data ke memori atau register
Ó Execute
Menginterpretasikan opcode dan melakukan operasi yang diindikasikan
Ó Fetch Instruction (FI)
Membaca instruksi berikutnya ke dalam buffer
Ó Decode Instruction (DI)
Menentukan Opcode dan operand specifier
Ó Calculate Operand (CO)
Menghitung alamat efektif seluruh operand sumber.
Hal ini mungkin melibatkan displacement, register indirect, atau bentuk kalkulasi alamat lainnya.
Ó Fetch Operand (FO) mengambil semua operand dari memori. Operand-operand yang berada di register tidak perlu diambil.
Ó Execute Insruction (EI)
Melakukan operasi yang diindikasikan dan menyimpan hasilnya
Ó Write Operand (WO)
Menyimpan hasilnya di dalam memori.

Ò  ADA 2 TAHAP
Ó Tahapan pertama mengambil instruksi dan mem-buffer-kannya.
Ó Ketika tahapan kedua bebas, tahapan pertama mengirimkan instruksi yang di-buffer-kan tersebut.Pada saat tahapan kedua sedang mengeksekusi instruksi, tahapan pertama memanfaatkan siklus memori yang tidak dipakai untuk mengambil dan membufferkan instruksi berikutnya.
-Proses ini disebut instruction prefetch atau fetch overlap.
  
Penanganan Percabangan:

1. Multiple Streams
2. Prefetch Target percabangan
3. Loop buffer
4. Memprediksi percabangan
5. Delay percabangan

Data Hazard
Kita harus memastikan bahwa hasil yang memperoleh ketika arahan dilaksanakan pada satu prosesor pipelined serupa ke itu memperoleh ketika arahan yang sama dilaksanakan secara sekuen.
- Ambil resiko terjadi
                        A? 3 + A
                        B? 4 × A
- Tidak ada ambil resiko
                        A? 5 × C
                        B? 20 + C
Ketika dua operasi bergantung kepada satu sama lain, mereka harus dilaksanakan secara sekuen pada tempat yang benar.
- Contoh lain:
                        Mul R2, R3, R4
                        Tambahkan R5, R4, R6

Macam-macam Data Hazard:

  Ada 3 jenis pipeline hazards
É  Struktural Hazard, yang dikarenakan dari konflik resource sistem yaitu ketika hardware tidak dapat mensuport semua kemungkinan kombinasi pelaksanaan instruksi.
É  Control Hazard, instruksi melompat dan instruksi lainnya yang membuat stall (penundaan),pipeline sampai timbul NO OPeration instruksi terpaksa diselipkan di dalam pipeline.
É  Data Hazard, muncul karena instruksi selanjutnya menunggu data yang tergantung dari hasil instruksi sebelumnya yang belum selesai dilaksanakan.

 Pipeline Hazard:
  
Ò  Data hazards
-          satu perintahan mempergunakan hasil dari satu Instruksi sebelumnya
ADD   R1, R2, R3     or        SW      R1, 3(R2)
ADD   R4, R1, R5                 LW     R3, 3(R2)
Ò  Control hazards
-     lokasi dari satu perintahan bergantung kepada satu instruksi sebelumnya                         
 JMP    LOOP
                        …
LOOP:            ADD   R1, R2, R3
Ò  Structural hazards
-   dua perintahkan akses kebutuhan ke sumber daya yang sama
       = misalnya, memori tunggal berbagi untuk menginstruksikan mengambil dan isi / simpan
       =  bentrokan di tabel pesanan tempat 

Type pada Data Hazards

RAW (membaca setelah tulis)
Ò  hanyalah ambil resiko untuk ‘perbaikan’ saluran tetap
Ò  instruksi kemudiannya harus bacaan  setelah instruksi lebih awal tulis
WAW (menulis setelah tulis)
Ò  saluran panjang variabel
Ò  Instruksi kemudian harus tulis  setelah instruksi lebih awal tulis
WAR (menulis setelah bacaan)
Ò  saluran dengan penghujung bacaan
Ò  instruksi kemudian harus tulis  setelah instruksi lebih awal bacaan 
  
Pipeline 
Ò  Keuntungan
1.      Waktu siklus prosesor berkurang, sehingga meningkatkan tingkat instruksi-isu   dalam kebanyakan kasus.
2.      Jika pipelining digunakan sebagai pengganti, hal itu dapat menghemat sirkuit yang digunakan.
3.      Secara keseluruhan dapat meningkatkan kinerja computer.
Ò  Kerugian
1.      Non-pipelined prosesor hanya menjalankan satu instruksi pada satu waktu.
2.      Instruksi latency di non-pipelined prosesor sedikit lebih rendah daripada dalam pipelined setara.
3.      Non-pipelined prosesor akan memiliki instruksi yang stabil bandwidth. Kinerja prosesor yang pipelined jauh lebih sulit untuk meramalkan dan dapat bervariasi lebih luas di antara program yang berbeda